Posted on / by Willy Aditya / in Berita

Politik Identitas Bentuk Paling Primitif, Bodoh dan Malas

JAKARTA (13 Juni): Wakil Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI, Willy Aditya menentang keras politik identitas di kontestasi politik Indonesia, khususnya Pemilihan Umum 2024. Menurutnya, politik identitas mengancam keutuhan bangsa dan negara.

“Bagi Indonesia, itu hal yang sangat berbahaya kalau dijadikan komoditas politik, karena kita sebuah negara yang berbangsa-bangsa (majemuk),” kata Willy dalam diskusi Crosscheck Medcom.id, Minggu (12/6).

Legislator NasDem itu menilai manuver politik identitas masih laku karena tidak ada upaya keluar dari penggunaan hal tersebut. Jenis politik tersebut gampang memengaruhi pilihan publik.“Orang dengan politik identitas bisa mengamankan posisinya,” tandasnya.

Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR itu menganggap politik identitas sebagai antitesis politik uang. Sebab, politik uang membutuhkan dana yang besar.

“Itu (politik identitas) yang paling gampang dijual. Berkaca pada dua kali pemilu terakhir, politik identitas sangat renyah, sangat organis untuk dikonsumsi,” imbuhnya.

Legislator NasDem dari Dapil Jawa Timur XI (Bangkalan, Pamekasan, Sumenep, dan Sampang) itu menilai penggunaan politik identitas yang masif beberapa tahun terakhir merupakan bentuk kemalasan mencari simpati pemilih dalam sebuah kontestasi.

“Politik identitas itu adalah politik yang paling primitif, kebodohan, dan kemalasan yang tinggal dihadirkan begitu saja,” kata Willy.

Seharusnya, kata Willy, kontestan menawarkan gagasan kepada pemilih. Terutama, menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di tengah masyarakat.

“Padahal politik adalah medan rekayasa sosial, medan pertarungan manusia melahirkan ide-ide kreatif yang melampaui hal-hal yang identitas di dalam dirinya,” ungkap Willy.

Ia menambahkan, politik identitas memberikan dampak buruk kepada kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satunya, menimbulkan polarisasi di tengah masyarakat.

Willy pun mengingatkan, pemilu adalah pesta demokrasi, yang seharusnya para kontestan menyampaikan harapan-harapan kepada pemilih, tanpa menyebar kebencian kepada lawan.

“Namanya pesta, kenapa kita tidak menumbuhkan harapan sebanyak-banyaknya,” pungkasnya.

 

Peliput: Medcom.id

Tinggalkan Balasan